Aplikasi temu baru-baru ini membuat kalang kabut berbagai pihak. Bagaimana tidak, kehadiran dan rekam jejaknya telah membuat khawatir berbagai Negara karena dampak yang ditimbulkan. Tidak hanya untuk konsumen melainkan penjual dan rantai diantara keduanya seperti reseller, dropshipper, agen, distributor dll.
Apa aplikasi Temu ?
Aplikasi ini berasal dari China dimana pabrik menjual produknya langsung kepada konsumen. Barang yang dijual pun beraneka ragam baik dari segi jenis dan ukuran seperti kebutuhan rumah tangga, aksesoris, perkakas, stationary dll. Aplikasi ini diluncurkan pada tahun 2022 dan langsung popular karena sangat menarik dari cara bisnis, pricing dan strategi yang diusung. Sebanyak 167 juta user sudah menggunakan aplikasi Temu.
Aplikasi ini mengusung format F2C (Factory to Consumer) dimana pabrik dapat menjual langsung produknya ke konsumen akhir tanpa harus melalui perantara seperti reseller, dropshipper, agen bahkan distributor. Harga yang ditawarkan juga lebih rendah dibandingkan harga pasar karena langsung dari pabrik. Dan tentunya biaya operasional mereka juga rendah karena banyak memangkas jalur distribusi.
Revenue Aplikasi Temu
Jika dilihat dari populeritasnya maka aplikasi ini bisa jadi ancaman karena akan mematikan banyak aplikasi dan pola bisnis yang masih mengandalkan jalur distribusi agen, distributor dll. Revenue Temu diperkirakan sebesar 544 triliun pada Quartal 1 tahun 2024 (source backlinko).
Lalu, Bagaimana UKM menyikapi ancaman dari Aplikasi Temu ?
Temu sendiri menjadi ancaman bagi UKM di Indonesia karena model bisnisnya yang langsung dari pabrik dan menjualnya ke konsumen secara langsung. Otomatis produsen dalam negeri akan kewalahan dari segi jumlah produk, kualitas, jenis bahkan harga yang mereka tawarkan lebih rendah dibandingkan harga dari produsen dalam negeri. Dan akhirnya produsen dalam negeri kalah saing dengan produk dari China. Jika kalah saing, maka pada ujungnya adalah akan muncul banyak PHK dan matinya produsen dalam negeri.
Bagaimanapun, konsumen pada ujungnya adalah mencari harga yang murah dan mudah didapat oleh mereka. Mereka tidak peduli dengan kualitas, produksi dalam negeri ataupun asing karena yang menjadi daya tarik konsumen adalah harga dan diskon yang ditawarkan oleh aplikasi Temu.
Kenapa Aplikasi Temu Diblokir Kominfo?
Tindakan pemerintah untuk memblokir aplikasi Temu masuk ke Indonesia pada dasarnya untuk melindungi industri dan persaingan bisnis di dalam negeri. Dan berikut detail, kenapa aplikasi Temu harus diblokir:
- Melakukan pola bisnis dimana F2C (Factory to Customer), artinya pabrik menjual langsung ke konsumen dengan harga pabrik
- Melakukan predatory pricing,dimana mereka menjual produk dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga pasar. Dan akhirnya produsen yang menjual dengan harga wajar tidak dapat bersaing dan berujung gulung tikar karena tidak mampu lagi bertahan.
- Tidak ada Quality Control akan produk yang dijual termasuk layanan purna jual karena konsumen akan sulit untuk melakukan refund jika ada produk yang cacat, gagal atau tidak sesuai dengan disorder.
- Tidak patuh kepada regulasi pemerintah. Sudah menjadi sebuah kewajiban jika setiap aplikasi yang masuk ke Indonesia harus mengikuti peraturan dan undang-undang yang berlaku. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan persaingan bisnis dalam negeri
- Temu juga melakukan subsidi untuk pabrik-pabrik mereka sehingga harga yang tercantum adalah harga rendah dan tidak masuk akal. Hal inilah yang akan mengancam persaingan bisnis didalam negeri karena harga jual ke konsumen menjadi sangat rendah.
Jadi, sudah sangat tepat jika aplikasi Temu tidak diperkenankan masuk dan diblokir oleh pemerintah karena akan mengancam UKM dan dunia usaha dalam negeri.
Sudah saatnya semua pelaku bisnis di Indonesia dapat bertumbuh dan bersaing secara sehat. Dan BisnisOn.com selaku SMM Panel di Indonesia siap untuk mengakselerasi bisnis melalui layanan-layanan yang disediakan baik untuk kebutuhan website maupun sosial media.